Minggu, 03 November 2013

Bisame Jaman Dulu



                                                                                 


PURA IBU  PANTI GUSTI CELUK KAPAL
Alamat : Jln.Raya Denpasar-Tabanan Lingkungan Br. Celuk – Kelurahan Kapal – Kecamatan Mengwi – Kab. Badung
Telp.  0361 8380572

Bisama Jaman Dulu
Om Awighanam Astu Namo Siddyam
  “Di suatu saat pohon beringin yang berlokasi di jabe Pura Puru Sada tiba-tiba rebah kearah utara tanpa sebab sehingga membuat geger krama Desa saat itu atas inisiatif Krama Desa  agar pohon Beringin yang rebah bisa kembali berdiri seperti sedia kala ,menginggat sangat multi fungsi ,disaat panas terik matahari Krama Desa bisa berteduh dan beristirahat dibawahnya ,juga tempat anak-anak bermain karena dibawah pohon tempatnya luas maupun dedaunannya juga digunakan  untuk kegiatan upacara pitra yandnya ,dibawah pimpinan Bendesa Adat kala itu bersama warga masyarakat lainnya bahu-membahu untuk mendorong dan menarik pohon tersebut dengan tali yang sangat kuat tapi sedikitpun pohon tersebut tidak bergerak atau bergeser dan tetap rebah serta berulang-ulang dilakukan dengan berbagai macam cara dan tehnik untuk menariknya juga hasilnya sia-sia putus asalah Krama Desa saat itu ,dengan kejadian tersebut ada salah satu Krama Desa menyarankan agar melapor dan memohon petunjuk dari Raja Mengwi ,kemudian berangkatlah Bendesa  beserta para tetua Adat ke Puri Ageng  Mengwi untuk melaporkan kejadian pohon Beringin yang berada di jabe Pura Sada rebah ,tidak diceritakan perjalan Tokoh-tokoh Adat dan tibalah diKerajaan  Puri Ageng Mengwi serta langsung mengahadap Raja saat itu melaporkan kejadian pohon Beringin yang berlokasi di jabe sisi Pura Sada yang tiba-tiba rebah dan tidak bisa ditarik dengan tali oleh krama Desa , mendengar Laporan Bendesa Kapal Raja memanjatkan doa kehadapan Ide Shang Hyang Widhi  untuk memohon petunjuk dan bersabdalah Raja Mengwi saat itu “ hai Bendesa  apakah dari sekian orang yang ikut menarik tali untuk menganggkat pohon beringin tersebut salah satunya ada dari kalangan pratisentana I Gusti Celuk ? mendengar pertanyaan Raja seperti tersebut Bendesa Kapal mengingat-ingat bahwa orang-orang yang ikut menarik tali tidak ada satupun dari kalangan Pratisentana I Gusti Celuk  dan atas perintah raja agar Pratisentana I Gusti Celuk agar dijemput dan ikut untuk membantunya ,mendengar perintah Raja seperti itu dan Bendesa  menyanggupinya serta memohon pamit kembali ke Desa kapal , pagi-pagi Krama Desa seperti biasa sudah bersiap-siap untuk kembali menarik tali yang sudah diikat di bagian batang pohon beringin tersebut dan sebelum dilakukan pekerjaan tersebut Pratisentana I Gusti celuk yang sudah dijemput bernama Ki Guru melakukan persembahyangan ditempat tersebut untuk memohon kehadapan Ide batara sane melinggih ring luhur Pura Puru Sada maupun ring Ide Batara ratu Sedan yang mempunyai wilayah wewidangan disekitar pohon beringin tersebut untuk mendapatkan kekuatan dan Ki Guru mengucapkan atau sesontengan dengan kalimat “ hai kaki ngudiang mekelo meguyang dini jani Pratisentana sube teke kel milu ngedetan kaki  “ mendengar ucapan Ki Guru seperti itu tertawalah orang-orang yang berada disekitarnya dan mengejeknya serta mengatakan beh mampuh je kel ngedetan punyan bingine ade gede buke kene ,irage sube muktiang ajak liu tusing ngidang ngedetan tur nyejegan buin ,setelah selesai mengaturkan sesajen dan memanjatkan doa Ki Guru yang memimpin menarik tali untuk mengangkat kembali pohon beringin yang rebah tersebut bersama   separo dari keseluruhan tenaga krama Desa yang digunakan kemarin ,atas pimpinan Ki Guru sekali bertiriak untuk memberi aba-aba untuk menarik tali dan terjadilah keajaiban sedikit demi sedikit pohon beringin bergerak terangkat dan akhirnya kembali berdiri tegak seperti sedia kala ,kemudian terdengarlah suara sangat gemuruh dan ramai seperti orang bergembira yang merupakan suara wong samar yang ikut membantu dan merayakan kegembiraan tersebut ,maka dari saat itulah Ki Guru bersabda kepada kusus bagi Pratisentana  I Gusti Celuk Kapal tidak boleh atau  nunas atau ngangget don bingin ring Pura Puru Sada  bila  melaksanakan atau menyelengarakan  upacara pitra yandnya dan disarankan nunas ditempat lain seperti Ring Pura Dalem bangun Sakti maupun Dalem Gunung atau dikepuh kembar
Dan sampai saat ini Pratisentana Gusti Celuk yang bertempat tinggal di Desa Kapal mentatati  dan mengingat bisama tersebut serta mematuhinya dan tidak berani nunas don bingin di Pura Puru Sada untuk kegiatan upacara bila melanggarnya tidak akan mendapatkan kerahayuan



(Mitologi Hindu tentang tumbuh-tumbuhan)

Untuk diketahui tentang pohon Beringin
Nama latin: Ficus benghalensis linn,nama Inggris: Banyan tree,nama Sanskrit: Vata

Pohon tersebut merupakan lambang ketiga Dewa(Tritunggal) : Dewa Wisnu (kulit kayunya) Dewa Brahma (akarnya) ,Dewa Siwa(cabang-cabangnya)
Pohon beringin telah digambarkan sebagai bagian dari kelompok tumbuh-tumbuhan dimuka bumi ini , pohon ini selalu menghijau dan dapat tumbuh setingi-tinginya ,pohon beringin menjuntai akarnya kebawah dari cabang-cabangnya atau ranting-rantingnya yang menembus tanah kemudian tubuh menjadi batang yang kemudian menjadi pilar yang tebal dan kuat untuk menunjang beban dari cabang-cabang yang terberat ,daunya yang lebar dan berwarna hijau tua halus dan mengkilat ,buahnya yang muncul dari tangkai daun saat matang hampir setiap burung memakannya,dan Pohon Beringin merupakan lambang kesuburan.

Menurut cerita legenda :
Basuki adalah Dewa Naga dari Patataloka (dunia bawah tanah) didalam tamannya yang megah ada sebuah pohon beringin raksasa,Dewi Bumi (Dewi Amba) bermimpi tentang pohon ini karena terkesan oleh keagungnya ia ingin membawanya kebumi tetapi ia tidak menemukan jalan untuk memasuki Patataloka,kemudian Dewi Amba bertanya kepada seluruh burung dan binatang ,namun tidak ada seorangpun yang pernah kesana (Patataloka) bisa  kembali dari tempat tersebut dengan selamat  ,dari seluruh serangga hanya kumbang yang tahu tempat tersebut karena mereka sering terbang keatas dan kebawah mencari-cari jalan bagi mereka untuk menuju dunia-dunia tersebut ,tetapi kumbang telah berjanji untuk merahasiakannya,Dewi Amba bertanya dan membujuknya serta dengan memerintahnya agar diberitahu tempat tersebut namun kumbang tetap tidak mau memberi tahu rahasianya ,
Maka Dewi Amba marah dan memerintahkan kepada prajuritnya untuk membuang kumbang tersebut kekawah yang berisi minyak dan mendidih ,tentu saja kumbang menyerah dang memberitahu tempat tersebut .diceritakan Dewi Amba sudah sampai ditaman Naga Basuki dan mengelilingi pohon itu untuk melingkari dan membawanya kemudian diketahui dan dilihat oleh Naga Basuki serta memancarkan api dari matanya dan Dewi Amba seketika jatuh ketanah dan mati ,saat itu Mahadewa dan Dewi Parwati juga pergi untuk melihat taman kepunyaan Naga Basuki yang menakjubkan kemudian Dewi parwati terkejut melihat  dan menemukan Jenasah Dewi Amba  ,Dewi Parwati sedih dan menanyakan kepada Mahadewa tentang apa yang telah terjadi karena Beliau maha tahu ,namun Mahadewa mengabaikan pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati yang sedang kalut itu ,Dewa Parwati melihat ketidak acuhan Maha Dewa karena Dewi  Amba adalah penjelmaan Dewi Parwati sendiri yang sangat sedih mendalam ,kemudian Dewi Parwati memutuskan untuk menghukum Mahadewa dan beliau menghilang ,kemudian Maha Dewa memanggil-memanggil Dewi parwati dan minta kembali dan Sang Dewi merajuk dan menolak untuk kembali akhirnya Mahadewa menyerah dan menghidupkan kembali Dewi Amba ,namun Dewi Parwati begitu pula Dewi Amba  masih marah dan minta satu anugrah lagi kepada Mahadewa baru Sang Dewi mau kembali ,dan Mahadewa mengabulkan permohonan Dewi Parwati dan mengatakan apa yang bisa diperbuat ?Dewi Amba berkata aku ingin membalas dendam kepada Naga Basuki ,Basuki sang Raja Ular yang mempunyai seribu kepala ,kemudian Dewi Amba memotong semua kepala ular dan hanya tertinggal satu ,dan ketika darah mengalir dari luka-luka dari ular tersebut Dewi Amba membawa pohon beringin tersebut ke Bumi (kutipan 438 WHD) .

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Mp3

Blogroll

About