Kamis, 12 September 2013

Selembar sejarah perjalan leluhur




PURA IBU  PANTI GUSTI CELUK KAPAL
Alamat : Jln.Raya Denpasar-Tabanan Lingkungan Br. Celuk – Kelurahan Kapal – Kecamatan Mengwi – Kab. Badung
Telp.  0361 8380572

Selembar Sejarah

Ini adalah salah satu bait salinan lontar I GUSTI CELUK 
Om Awighanam Astu Namo Siddyam
Nihan ketattwania I Gusti Celuk ,treh I Gusti Kaler ,Kesah ire mareng Gelgel , kepecat oleh Ide Dhalem Gelgel , ineman tankasaman ,apan polahire becik ,pradnyeng aji tattwa dyatmika ,sudhire ambekira, han pwa wakyan Dhalem ,Oh Kite Celuk sun utus pwa kite mara dahtengeng bhumya Sasak , anglwawadana punang Cakra Negara ,Hane pintang kwa pwa ring Kyayi Asak , didine pwa sire prapta ing kene,Sawur sembah Ki Gusti Celuk ,anedha kang kawule , amwit aris ,tandwa lungha ta sire mahawan benawa ,saksane prapteng sasak ,matur pwa sire maring Kyayi Asak ,om Kite Pangeran Asak ,ingsun wet inutus de Dhalem Gelgel 

-Ge pwa kite lungha maraking Dhalem ,duh kite Celuk ,tan wihan pwa inghulun , dadya silih olih gocare padha medalaken madhe drawani gocare , dadya lupe wet kincaken ,gumantya 14 ratripwa sire ingkane , kepangin sire Kyayi Asak , atemu sabdha  silih manisin padha silih olih kawyadnyanan ,dadya kapranan sire ing kana,holih angalap istri ,pasung Kyayi Asak ,dadya garbhini ,wus ike wawu menget Ki Gusti Celuk  wet kinonkon de Dhalem , sigra pwa amwit mantuk maring Gelgel amereking Dhalem,wus prapte ing jeng Dhelem ,dadya mengis Dhalem tur pawuwus ,wetning bendunire ,praya rinuwek Ki Gusti Celuk ,menger pwa sire age


-Larud sagrehan tekeng anak rabinia,angulwan amurung murangalku lampahire ,prapte pwa sireng wane tepi siring ing Tambangan akulen pwa ingkane tekeng sura 4 wiji sidandah de Ki Arya Kenceng dadya ta sinung sutanire sawiji kanga name Ki Mangga ,ineman pwa sire ingkane sinang wadwa 40 ,teher amurang laku mungsi bhumi Kapal sinayut de Ki Gusti Agung
 

 yang diartikan sbb:

Ini adalah kisah I GUSTI CELUK keturunan I GUSTI KALER ia meninggalkan Gelgel karena ada kesalah pahaman antara Ki Gusti Celuk terhadap Dhalem Gelgel ,namun demikian beliau menunjukan sikap sebagai seorang kesatria hal itu disebabkan karena pikirannya selalu jernih ,serta sangat menguasai ilmu kediatmikan ,berprilaku amat berani ,suatu ketika Dhalem  Gelgel bersabda hei engkau Celuk Aku mengutus dirimu untuk pergi keSasak (Cakra Negara ) ada permintaanku kepada Kyayai Asak agar ia datang mengadap Diriku , setelah demikian sabda Dhalem ,Ki Gusti Celuk menghaturkan sembah sebagai tanda hormat dan bakti terhadap perintah Dhalem , jika demikian Paduka Raja hamba akan melaksanakan perintah paduka sekarang juga hamba mohon pamit achirnya pergilah Ki Gusti Celuk keSasak menyebarangi lautan , sampai tiba di tanah sasak serta bertemu dengan Kyayi Asak ,dalam penghadapan tersebut berkatalah Ki Gusti Celuk kepada Kyayi Asak ,Om Kite Pangeran Asak kedatangan Saya tiada lain sebagai utusan Dhalem yang intinya agar Kyayi Asak segera menghadap Dhalem Gelgel .

Hei Engkau Celuk jika demikian saya tidak menolak titah paduka Dhalem untuk menghadap ke Gelgel ,namun didalam pertemuan kedua tokoh , itu saling membicarakan pengalamannya masing-masing ,karena jarang bisa bertemu sehingga pembicaraannya semakin mengasikkan sebagai luapan Ki Gusti Celuk dirinya sebagai utusan Dhalem membicarakan ilmu pengetahuan agama serta bertukar pikiran tentang ilmu kediatmikan  ,sampai empat belas hari lamanya Ki Gusti Celuk berada di Sasak ,dalam kurun waktu tersebut Ki Gusti Celuk mempersunting seorang wanita amat cantik yang merupakan pemberian dari Kyayi Asak ,saat istrinya hamil barulah sadar Ki Gusti Celuk ingat akan perintah  Dhalem Gelgel sebagai utusan Dhalem,maka segera ia meninggalkan Sasak menuju kerajaan Gelgel , untuk menghadap Dhalem ,setibanya dalam penghadapan Dhalem ,Raja kala itu tidak mengeluarkan sepatah kata ,karena Dhalem sangat marah ,dalam hatinya Dhalem ada niat untuk membunuh Ki Gusti Celuk ,melihat gelagat Dhalem yang demikian itu akhirnya Ki Gusti Celuk bersama istri dan dengan sanak keluarganya meningalkan Gelgel .

Sekarang diceritakan Ki Gusti Celuk meninggalkan kota  Gelgel menempuh perjalanan  kebarat akhirnya tiba di Desa Nambangan Badung ,disana Ki Gusti Celuk bermalam disertai dengan empat putranya ,kedatangan Ki Gusti Celuk diterima oleh Arya Kenceng penguasa Badung saat iu ,atas kebaikan dari Arya Kenceng sampai diberikan wadwa atau prajurit sebanyak 40 diri ,serta diberikan tempat tinggal disekitar Puri Arya Kenceng beberapa lama Beliau tinggal disana kemudian meninggalkan Nambangan Badung menuju Bumi Kapal,setibanya dikapal juga diterima baik oleh penguasa Kapal bernama Ki Gusti Agung.

Itu seklumit kisah cerita perjalanan leluhur yang tertuang dalam isi lontar yang sudah diterjemhkan dalam bahasa Indonesia ,
Kalau disimak dari Perjalanan leluhur bermula dari kota Gelgel Klungkung menuju kearah barat sampai di desa Nambangan Badung baru kemudian menuju dan menetap Desa Kapal
(Desa Kapal merupakan salah satu Desa tua bersejarah dari sekia Desa yang ada di Bali) ,setelah terjadi perkembangan jaman maupun gejolak politik kerajaan saat itu baru penyebaran menuju ketempat-tempat lain,kembali  pada Desa Kapal yang mempunyai letak sangat strategis  dan dari sekian banyak tempat persembahyangan atau Pura di Desa Kapal bisa di golongkan menjadi empat bagian :
  1. Pura khayangan jagat yang bersifat umum untuk pemujaan Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa bertempat di Pura Purusadha dan Pura Dhalem Bangun Sakti Kapal
  2. Pura Khayangan tiga bertempet di Pura Desa ,Pr.Puseh.Pr.Dalem (Dalem Dukuh,Dalem Gunung ,Dalem Panglan,dan Dalem Gede)
  3. Pura swagina, Pura Subak Dukuh, Pura Melanting Kapal.
  4. Pura kawitan merupakan  khayangan tempat memuja leluhur yang berdasarkan asal-usul/wit dalam satu garis keturunan genetik salah satunya Pura Ibu Panti Gusti Celuk Kapal.
 Pura Ibu Panti Gusti Celuk Kapal yang terletak dijalan raya Denpasar-Tabanan lingkungan Celuk Kelurahan Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Pura ini sampai saat ini belum ditemukan angka tahun kapan didirikan namun sudah beberapa kali diadakan renopasi termasuk yang masih diingat oleh Pelingsir yang saat ini masih ada sempat dipugar pada tahun 1950an terutama pada Kuri Agung secara gotong royong oleh pemuka tokoh-tokoh pendahulu seperti Kapal ,Munduk(Buleleng) Belayu,Penarungan ,Batu Lumbung bersama pemuka Pemaksan   yang lain yang tidak bisa disebutkan satupersatu sampai saat ini Kuri Agung tersebut berdiri  dengan kokoh dan berkarisma ,menurut ahli sejarah Pura Ibu Panti Gusti Celuk Kapal disamping untuk pemujaan Ide Bhtara Ibu Kawitan juga sebagai pemersatu pratisentana Gusti Celuk seBali atau yang sampai saat ini telah tersebar  menempati Wilayah sampai ada di luar Pulau Bali dan tetap ngrastiti  atau subakti Ring Batara Kawitan melalui persembahyangan yang dilakukan disaat piodalan  diPura Ibu Panti Gusti Celuk yang jatuh pada rahina  tumpek krulut  
Pada saat sekarang ini sudah dirasakan oleh umat sedarma warih  atau pratisentana Gusti Celuk dewasa  ini saat melaksanakan persembahyangan ngrastiti ring Bthara Ibu serta nunas warenugraha  Beliau dan  merasakan  berada dalam suasana pulang kampung atau rumah sendiri ,Itu merupakan cihna bakti dari pratisentana terhadap Beliau (leluhur) sehingga menemukan rasa keyakinan ,kedamian  dan mendapat power atau semangat luar biasa dalam diri pratisentana (pemedek) .

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Mp3

Blogroll

About