PURA IBU PANTI GUSTI CELUK KAPAL
Alamat : Jln.Raya
Denpasar-Tabanan Lingkungan Br. Celuk – Kelurahan Kapal – Kecamatan Mengwi –
Kab. Badung
Telp. 0361 8380572
Bisama Jaman Dulu
Om Awighanam Astu Namo Siddyam
“Di suatu saat
pohon beringin yang berlokasi di jabe Pura Puru Sada tiba-tiba rebah kearah
utara tanpa sebab sehingga membuat geger krama Desa saat itu atas inisiatif
Krama Desa agar pohon Beringin yang
rebah bisa kembali berdiri seperti sedia kala ,menginggat sangat multi fungsi ,disaat
panas terik matahari Krama Desa bisa berteduh dan beristirahat dibawahnya ,juga
tempat anak-anak bermain karena dibawah pohon tempatnya luas maupun dedaunannya
juga digunakan untuk kegiatan upacara
pitra yandnya ,dibawah pimpinan Bendesa Adat kala itu bersama warga masyarakat
lainnya bahu-membahu untuk mendorong dan menarik pohon tersebut dengan tali
yang sangat kuat tapi sedikitpun pohon tersebut tidak bergerak atau bergeser
dan tetap rebah serta berulang-ulang dilakukan dengan berbagai macam cara dan
tehnik untuk menariknya juga hasilnya sia-sia putus asalah Krama Desa saat itu
,dengan kejadian tersebut ada salah satu Krama Desa menyarankan agar melapor
dan memohon petunjuk dari Raja Mengwi ,kemudian berangkatlah Bendesa beserta para tetua Adat ke Puri Ageng Mengwi untuk melaporkan kejadian pohon
Beringin yang berada di jabe Pura Sada rebah ,tidak diceritakan perjalan
Tokoh-tokoh Adat dan tibalah diKerajaan
Puri Ageng Mengwi serta langsung mengahadap Raja saat itu melaporkan
kejadian pohon Beringin yang berlokasi di jabe sisi Pura Sada yang tiba-tiba
rebah dan tidak bisa ditarik dengan tali oleh krama Desa , mendengar Laporan
Bendesa Kapal Raja memanjatkan doa kehadapan Ide Shang Hyang Widhi untuk memohon petunjuk dan bersabdalah Raja Mengwi
saat itu “ hai Bendesa apakah dari
sekian orang yang ikut menarik tali untuk menganggkat pohon beringin tersebut
salah satunya ada dari kalangan pratisentana I Gusti Celuk ? mendengar
pertanyaan Raja seperti tersebut Bendesa Kapal mengingat-ingat bahwa orang-orang
yang ikut menarik tali tidak ada satupun dari kalangan Pratisentana I Gusti
Celuk dan atas perintah raja agar
Pratisentana I Gusti Celuk agar dijemput dan ikut untuk membantunya ,mendengar
perintah Raja seperti itu dan Bendesa
menyanggupinya serta memohon pamit kembali ke Desa kapal , pagi-pagi
Krama Desa seperti biasa sudah bersiap-siap untuk kembali menarik tali yang
sudah diikat di bagian batang pohon beringin tersebut dan sebelum dilakukan
pekerjaan tersebut Pratisentana I Gusti celuk yang sudah dijemput bernama Ki
Guru melakukan persembahyangan ditempat tersebut untuk memohon kehadapan Ide
batara sane melinggih ring luhur Pura Puru Sada maupun ring Ide Batara ratu
Sedan yang mempunyai wilayah wewidangan disekitar pohon beringin tersebut untuk
mendapatkan kekuatan dan Ki Guru mengucapkan atau sesontengan dengan kalimat “
hai kaki ngudiang mekelo meguyang dini jani Pratisentana sube teke kel milu
ngedetan kaki “ mendengar ucapan Ki Guru
seperti itu tertawalah orang-orang yang berada disekitarnya dan mengejeknya
serta mengatakan beh mampuh je kel ngedetan punyan bingine ade gede buke kene
,irage sube muktiang ajak liu tusing ngidang ngedetan tur nyejegan buin
,setelah selesai mengaturkan sesajen dan memanjatkan doa Ki Guru yang memimpin
menarik tali untuk mengangkat kembali pohon beringin yang rebah tersebut
bersama separo dari keseluruhan tenaga krama
Desa yang digunakan kemarin ,atas pimpinan Ki Guru sekali bertiriak untuk
memberi aba-aba untuk menarik tali dan terjadilah keajaiban sedikit demi sedikit
pohon beringin bergerak terangkat dan akhirnya kembali berdiri tegak seperti
sedia kala ,kemudian terdengarlah suara sangat gemuruh dan ramai seperti orang
bergembira yang merupakan suara wong samar yang ikut membantu dan merayakan
kegembiraan tersebut ,maka dari saat itulah Ki Guru bersabda kepada kusus bagi Pratisentana
I Gusti Celuk Kapal tidak boleh
atau nunas atau ngangget don bingin ring
Pura Puru Sada bila melaksanakan atau menyelengarakan upacara pitra yandnya dan disarankan nunas
ditempat lain seperti Ring Pura Dalem bangun Sakti maupun Dalem Gunung atau
dikepuh kembar
Dan sampai saat ini Pratisentana Gusti Celuk yang
bertempat tinggal di Desa Kapal mentatati
dan mengingat bisama tersebut serta mematuhinya dan tidak berani nunas
don bingin di Pura Puru Sada untuk kegiatan upacara bila melanggarnya tidak
akan mendapatkan kerahayuan
(Mitologi Hindu tentang tumbuh-tumbuhan)
Untuk diketahui tentang
pohon Beringin
Nama latin: Ficus benghalensis linn,nama Inggris:
Banyan tree,nama Sanskrit: Vata
Pohon tersebut merupakan lambang ketiga
Dewa(Tritunggal) : Dewa Wisnu (kulit kayunya) Dewa Brahma (akarnya) ,Dewa
Siwa(cabang-cabangnya)
Pohon beringin telah digambarkan sebagai bagian dari
kelompok tumbuh-tumbuhan dimuka bumi ini , pohon ini selalu menghijau dan dapat
tumbuh setingi-tinginya ,pohon beringin menjuntai akarnya kebawah dari
cabang-cabangnya atau ranting-rantingnya yang menembus tanah kemudian tubuh
menjadi batang yang kemudian menjadi pilar yang tebal dan kuat untuk menunjang
beban dari cabang-cabang yang terberat ,daunya yang lebar dan berwarna hijau
tua halus dan mengkilat ,buahnya yang muncul dari tangkai daun saat matang hampir
setiap burung memakannya,dan Pohon Beringin merupakan lambang kesuburan.
Menurut cerita legenda :
Basuki adalah Dewa Naga dari Patataloka (dunia bawah
tanah) didalam tamannya yang megah ada sebuah pohon beringin raksasa,Dewi Bumi
(Dewi Amba) bermimpi tentang pohon ini karena terkesan oleh keagungnya ia ingin
membawanya kebumi tetapi ia tidak menemukan jalan untuk memasuki
Patataloka,kemudian Dewi Amba bertanya kepada seluruh burung dan binatang
,namun tidak ada seorangpun yang pernah kesana (Patataloka) bisa kembali dari tempat tersebut dengan selamat ,dari seluruh serangga hanya kumbang yang
tahu tempat tersebut karena mereka sering terbang keatas dan kebawah
mencari-cari jalan bagi mereka untuk menuju dunia-dunia tersebut ,tetapi
kumbang telah berjanji untuk merahasiakannya,Dewi Amba bertanya dan membujuknya
serta dengan memerintahnya agar diberitahu tempat tersebut namun kumbang tetap
tidak mau memberi tahu rahasianya ,
Maka Dewi Amba marah dan memerintahkan kepada
prajuritnya untuk membuang kumbang tersebut kekawah yang berisi minyak dan
mendidih ,tentu saja kumbang menyerah dang memberitahu tempat tersebut
.diceritakan Dewi Amba sudah sampai ditaman Naga Basuki dan mengelilingi pohon
itu untuk melingkari dan membawanya kemudian diketahui dan dilihat oleh Naga
Basuki serta memancarkan api dari matanya dan Dewi Amba seketika jatuh ketanah
dan mati ,saat itu Mahadewa dan Dewi Parwati juga pergi untuk melihat taman
kepunyaan Naga Basuki yang menakjubkan kemudian Dewi parwati terkejut melihat dan menemukan Jenasah Dewi Amba ,Dewi Parwati sedih dan menanyakan kepada
Mahadewa tentang apa yang telah terjadi karena Beliau maha tahu ,namun Mahadewa
mengabaikan pertanyaan-pertanyaan Dewi Parwati yang sedang kalut itu ,Dewa
Parwati melihat ketidak acuhan Maha Dewa karena Dewi Amba adalah penjelmaan Dewi Parwati sendiri
yang sangat sedih mendalam ,kemudian Dewi Parwati memutuskan untuk menghukum
Mahadewa dan beliau menghilang ,kemudian Maha Dewa memanggil-memanggil Dewi
parwati dan minta kembali dan Sang Dewi merajuk dan menolak untuk kembali
akhirnya Mahadewa menyerah dan menghidupkan kembali Dewi Amba ,namun Dewi Parwati
begitu pula Dewi Amba masih marah dan
minta satu anugrah lagi kepada Mahadewa baru Sang Dewi mau kembali ,dan
Mahadewa mengabulkan permohonan Dewi Parwati dan mengatakan apa yang bisa
diperbuat ?Dewi Amba berkata aku ingin membalas dendam kepada Naga Basuki
,Basuki sang Raja Ular yang mempunyai seribu kepala ,kemudian Dewi Amba
memotong semua kepala ular dan hanya tertinggal satu ,dan ketika darah mengalir
dari luka-luka dari ular tersebut Dewi Amba membawa pohon beringin tersebut ke
Bumi (kutipan 438 WHD) .
0 komentar:
Posting Komentar